Profil Desa Wirasaba
Ketahui informasi secara rinci Desa Wirasaba mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Wirasaba, Bukateja, Purbalingga, pusat strategis yang menjadi lokasi Bandar Udara JBS. Mengulas jejak sejarah Kadipaten Wirasaba, dampak ekonomi bandara, dan potensi agraris serta perikanan di sepanjang Sungai Serayu yang melintasinya.
-
Gerbang Udara Strategis
Desa Wirasaba merupakan lokasi Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman (JBS), menjadikannya pintu gerbang utama konektivitas udara bagi Purbalingga dan wilayah sekitarnya.
-
Memiliki Jejak Sejarah yang Kuat
Wirasaba adalah bekas pusat Kadipaten Wirasaba, sebuah pemerintahan kuno yang menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Purbalingga dan Banyumas, meninggalkan warisan sejarah yang kaya.
-
Ekonomi Multisektor Berbasis Konektivitas
Perekonomian desa ditopang oleh sektor kedirgantaraan, jasa, perdagangan, pertanian di lahan subur, dan perikanan air tawar dari Sungai Serayu.

Desa Wirasaba, yang berlokasi di Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, memegang peranan unik dan strategis dalam peta pembangunan regional. Wilayah ini tidak hanya dikenal sebagai desa agraris yang subur di tepi Sungai Serayu, tetapi juga telah bertransformasi menjadi tuan rumah bagi Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman (JBS). Posisi ganda ini menjadikan Wirasaba sebagai sebuah entitas yang dinamis, di mana denyut sejarah sebagai salah satu pusat pemerintahan kuno di Banyumas Raya bertemu dengan deru modernitas sebagai gerbang udara utama di Jawa Tengah bagian selatan.
Transformasi ini menempatkan Wirasaba sebagai garda terdepan dalam menyambut peluang investasi, pariwisata dan percepatan ekonomi. Dengan warisan historis yang kuat dan peran fungsional yang vital, desa ini menjadi simbol dari kemampuan sebuah wilayah untuk beradaptasi dan bertumbuh, menjembatani masa lalu yang agung dengan masa depan yang penuh prospek.
Jejak Sejarah Panjang: Dari Kadipaten Wirasaba hingga Desa Modern
Jauh sebelum menjadi lokasi bandara, nama Wirasaba telah terukir dalam catatan sejarah sebagai pusat kekuasaan yang penting. Pada abad ke-16, wilayah ini merupakan pusat dari Kadipaten Wirasaba, sebuah pemerintahan otonom yang wilayahnya mencakup sebagian besar area yang kini dikenal sebagai Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara. Dipimpin oleh adipati-adipati yang berpengaruh, Kadipaten Wirasaba menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang disegani di zamannya, dengan Sungai Serayu sebagai jalur perdagangan dan transportasi utamanya.
Sejarah mencatat peristiwa penting "Babad Wirasaba" yang kemudian memicu perpindahan pusat kekuasaan dan menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Banyumas. Meski pusat pemerintahan telah bergeser, nama Wirasaba tetap abadi dan diwariskan menjadi nama desa yang menjaga jejak historis tersebut. Situs-situs peninggalan dan cerita rakyat yang masih hidup di kalangan masyarakat menjadi bukti bisu dari kejayaan masa lampau. Kini, statusnya sebagai desa di bawah administrasi Kecamatan Bukateja merupakan kelanjutan dari sebuah perjalanan panjang, mengubah fungsinya dari pusat politik menjadi pusat konektivitas modern.
Gerbang Udara Purbalingga: Dampak Signifikan Kehadiran Bandara JBS
Titik balik transformasi Desa Wirasaba terjadi dengan dioperasikannya Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman. Pembangunannya di atas lahan yang dulunya merupakan Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU telah mengubah lanskap ekonomi dan sosial secara drastis. Kehadiran bandara di wilayah administratif Desa Wirasaba menjadikannya sebagai pintu gerbang utama bagi Purbalingga dan sekitarnya.
Dampak ekonomi dari kehadiran bandara ini sangat terasa. Beberapa di antaranya meliputi:
- Penciptaan Lapangan KerjaBandara menyerap tenaga kerja lokal, baik secara langsung sebagai staf operasional bandara maupun secara tidak langsung melalui sektor-sektor pendukung.
- Pertumbuhan Sektor Jasa dan PerdaganganMunculnya usaha-usaha baru seperti penginapan, restoran, agen perjalanan, jasa transportasi (taksi dan ojek online), dan toko oleh-oleh di sepanjang jalan utama desa.
- Peningkatan Nilai InvestasiNilai tanah dan properti di Wirasaba dan sekitarnya mengalami kenaikan signifikan, menarik minat investor untuk mengembangkan usaha di kawasan penyangga bandara.
Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, dalam berbagai kesempatan menekankan bahwa Bandara JBS merupakan salah satu pilar utama dalam program pemulihan dan akselerasi ekonomi daerah. Keberadaan bandara mempermudah aksesibilitas investor dan wisatawan, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan industri di Purbalingga.
Geografi, Demografi, dan Tata Pemerintahan
Desa Wirasaba memiliki luas wilayah 335,04 hektare atau 3,35 km², menjadikannya salah satu desa terluas di Kecamatan Bukateja. Wilayahnya terbentang di dataran rendah yang subur, dengan Sungai Serayu yang mengalir deras di sisi selatannya, berfungsi sebagai batas alamiah dengan Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan data kependudukan terakhir, Desa Wirasaba dihuni oleh 6.811 jiwa, yang terdiri dari 3.407 penduduk laki-laki dan 3.404 penduduk perempuan. Dengan luas tersebut, kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 2.033 jiwa per kilometer persegi. Populasi yang besar ini mencerminkan pusat aktivitas yang padat, baik di area pemukiman maupun di sekitar kawasan komersial dan bandara.
Secara administratif, pemerintahan desa mengelola 5 Rukun Warga (RW) dan 25 Rukun Tetangga (RT). Struktur pemerintahan ini bekerja untuk memastikan pelayanan publik, seperti administrasi kependudukan dan program pembangunan, dapat berjalan efektif hingga ke tingkat komunitas terkecil. Kode Pos untuk Desa Wirasaba adalah 53382.
Potensi Ekonomi di Luar Sektor Kedirgantaraan
Meskipun citra bandara sangat melekat, Wirasaba tetap memiliki fondasi ekonomi lain yang tidak kalah penting dan telah menopang kehidupan masyarakat selama bertahun-tahun.
Pertanian dan Perikanan
Lahan pertanian yang subur di luar area bandara masih digarap secara aktif oleh masyarakat. Komoditas utama yang ditanam ialah padi, jagung, dan berbagai jenis palawija. Sektor agraris ini berperan vital dalam menjaga ketahanan pangan lokal.
Selain itu, keberadaan Sungai Serayu menjadi sumber berkah tersendiri. Banyak warga yang berprofesi sebagai nelayan air tawar, mencari ikan untuk konsumsi pribadi maupun untuk dijual di pasar lokal. Aktivitas penambangan pasir dan batu secara tradisional di sepanjang aliran sungai juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi sebagian masyarakat, meskipun pengelolaannya perlu diawasi untuk menjaga kelestarian lingkungan sungai.
Perdagangan dan UMKM
Sebagai desa yang dilintasi jalur provinsi dan menjadi akses utama ke Jembatan Linggamas (penghubung Purbalingga-Banyumas), sektor perdagangan tumbuh subur di Wirasaba. Toko, warung, dan kios berjejer di sepanjang jalan utama, melayani kebutuhan harian warga serta para pelintas. Perkembangan UMKM di bidang kuliner, seperti mendoan dan aneka makanan khas lokal, juga menunjukkan geliat yang positif seiring dengan meningkatnya arus manusia yang datang dan pergi melalui bandara.
Infrastruktur Konektivitas dan Fasilitas Publik
Infrastruktur di Desa Wirasaba tergolong sangat maju untuk ukuran desa. Keberadaan bandara mendorong percepatan pembangunan dan pemeliharaan jalan. Jalan Raya Kembangan-Wirasaba yang menjadi akses utama menuju bandara selalu dalam kondisi baik. Selain itu, Jembatan Linggamas yang ikonik berdiri megah di atas Sungai Serayu, menghubungkan Wirasaba (Purbalingga) dengan Kedunguter (Banyumas), yang secara drastis memangkas waktu tempuh antar-kabupaten.
Fasilitas publik juga tersedia dengan cukup lengkap. Di sektor pendidikan, terdapat beberapa Sekolah Dasar (SD) dan satu Sekolah Menengah Pertama (SMP Negeri 3 Bukateja) yang berlokasi di desa ini, memastikan akses pendidikan dasar dan menengah bagi warganya. Di bidang kesehatan, layanan Posyandu dan keberadaan Puskesmas Pembantu (Pustu) menjamin masyarakat mendapatkan akses kesehatan primer yang memadai.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Transformasi cepat yang dialami Desa Wirasaba membawa serangkaian tantangan. Alih fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian menjadi isu yang tak terhindarkan. Selain itu, desa ini harus mampu mengelola dampak sosial dari modernisasi, seperti perubahan gaya hidup dan potensi gesekan sosial. Peningkatan volume lalu lintas juga menuntut manajemen transportasi yang lebih baik untuk mencegah kemacetan di masa depan.
Namun prospek Desa Wirasaba sangat menjanjikan. Dengan statusnya sebagai "Desa Bandara", beberapa arah pengembangan strategis dapat dioptimalkan:
- Pengembangan Kawasan AerocityMerencanakan pembangunan kawasan bisnis, logistik, dan perhotelan di sekitar bandara untuk menciptakan sebuah kota bandara yang terintegrasi.
- Wisata Sejarah dan SungaiMengemas narasi sejarah Kadipaten Wirasaba menjadi paket wisata edukasi. Wisata susur Sungai Serayu juga dapat dikembangkan sebagai atraksi alam yang menarik.
- Pusat Kuliner dan Oleh-OlehMembangun sentra kuliner yang representatif untuk memperkenalkan makanan khas Purbalingga kepada para penumpang pesawat dan wisatawan.
Pada akhirnya, Desa Wirasaba berdiri sebagai narasi hidup tentang bagaimana masa lalu dan masa depan dapat bertemu. Ia bukan lagi sekadar nama dalam babad kuno, tetapi sebuah kawasan dinamis yang menjadi episentrum konektivitas, ekonomi, dan harapan baru bagi Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya.